Tulang rusuk, ladang, dan perhiasan, julukan perempuan berbau religi. Sebagai penganut agama yang taat, sikap yang paling tepat adalah menyetujui dengan dua anggukan kepala, jangan-jangan nanti kalau kita tidak menyetujuinya akan dianggap liberal, kafir, munafik, dan berbagai titel yang sangat pantas disandang oleh pera pemberontak agama.
Leave it on, biarkan saja semua paradigma itu kemudian menjadi kristalisasi dogma bagi ummat manusia, atau i wonder how if...... mungkin saja semua itu ada makna yang tidak sempat terungkap, atau terungkap secara upside down, atau bahkan sama sekali tidak terjamah oleh peradaban ummat beragama. Suatu awal yang bagus kalau anda adalah seorang filsuf. OK saya tidak akan memulai perdebatan tentang mana yang benar dan mana yang salah, saya hanya ingin sekedar mengungkapkan perasaan mengagumi salah satu ciptaan Tuhan yang sangat istimewa.
Benarkah istimewa? Kenapa tidak, kalau tidak seistimewa itu tidak mungkin diabadikan menjadi salah satu nama Surat dalam Al-Qur'an. Bagi pribadi saya keistimewaan ini mungkin hanya baru bisa diungkapkan sebatas kemampuan panca indera, karena jelas saya bukan orang yang bisa melihat hati orang lain.
Perempuan adalah keindahan, sesuatu yang sangat saya setujui, begitu indahnya banyak sekali laki-laki yang mau mengorbankan dirinya hanya untuk perempuan, bahkan berani mendeklarasikan bukan hanya you're my wife, tapi juga you're my life. Adalah sesuatu yang wajar bila saya juga menyukai perempuan, karena saya masih normal dan suka dengan keindahan.
Bahkan Rasulullah pun mengatakan perempuan yang halal adalah salah satu dari tiga hal yang sangat beliau sukai di dunia. Berarti saya tidak salah jika mengatakan "aku adalah seorang pencinta wanita," namun di lain pihak terkadang kecintaan pribadi saya terhadap perempuan sering di salah artikan, sebagai kebuasan dan kegenitan. That's OK, i'm fine, toh sampai saat ini saya masih bingung kalau diharuskan memilih satu diantara beberapa wanita cantik, kalau bisa tentu saya ingin memilih semuanya.
Senang sekali berlama-lama memandang wajah cantik perempuan demi menyejukkan hati setelah lama bertarung dengan panasnya kehidupan. Atau mungkin mencari ketentraman hati dengan bercanda tawa dengan keriangan perempuan, dan saat itu bolehlah kalau saya menyebutnya sang dewi Aphrodite.
Apakah saya bisa melaksanakan apa yang baru saja saya katakan terhadap semua perempuan yang saya kenal, dapatkah saya memperlakukan mereka layaknya memperlakukan seorang insan yang istimewa. Tentu saja tidak, bagaimanapun saya adalah manusia biasa yang memiliki ego dan--kembali ke kesepakatan awal--mencintai keindahan. Ada beberapa perempuan yang saya kenal tidak masuk dalam kriteria keindahan dalam database, tentu saja dengan segala kemanusiaan yang saya miliki saya akan memperlakukannya seperti orang-orang biasa. Atau bahkan ada beberapa perempuan yang secara sengaja dan tidak sengaja menurut pandangan saya, (maaf) memuakkan, apakah saya harus memakai topeng untuk memuliakan mereka? Tentu saja tidak, bahkan menyapanya pun enggan.
Komentar