Terima kasih Aa' Gym. Sebelumnya perlu diketahui saya bukanlah penggemar anda dan saya juga bukan salah satu dari orang-orang yang sering mendengarkan ceramah anda, saya hanya mengenal anda melalui media, dan juga pernah (tapi jarang sekali) mendengarkan Mauidhoh Hasanah (penuturan yang baik) anda.
Beberapa waktu lalu saya menonton sebuah acara infotainment yang memberitakan tentang anda, dengan judul yang cukup heboh ala wartawan "Aa Gym mengutuk wartawan". Isinya bisa ditebak, pemberitaan tentang anda sewaktu mengancam wartawan akan besarnya dosa orang yang memberitakan keburukan orang lain, padahal pemberitaan tersebut belum tentu benar. Lebih berat daripada berzina, wah saya sedikit ngeri mendengar anda mengucapkan kata-kata itu dengan gaya yang sepertinya tidak pernah saya lihat dalam diri Aa Gym.
Saya sangat berterima kasih kepada anda karena telah mengingatkan wartawan untuk berhati-hati dalam menulis berita, karena semenjak dihapuskannya Dep. Penerangan hampir tidak ada kontrol terhadap mass media. Tidak seperti zaman orde baru yang penuh dengan ancaman cekal dan penculikan. Saya teringat dulu pernah ada pemberitaan dari mass media terhadap beberapa public figur, yang saya kira cukup kontroversial. Gus Dur dikabarkan selingkuh dengan Aryanti Boru Sitepu, Amin Rais juga dikabarkan berselingkuh dengan Zarima mantan gembong narkoba kelas kakap (yang lumayan cantik). Dua tokoh besar keagamaan dikabarkan begitu keji, dan akhirnya kabar itupun hilang begitu saja ditelan zaman. Saya ingat waktu itu mereka dengan keikhlasan dan ke-legowo-an hatinya menerima pemberitaan seperti itu, dan menganggapnya sebagai resiko sebagai public figur, tidak seperti anda yang mengingatkan wartawan apalagi dengan ancaman neraka untuk dosa yang lebih besar daripada zina.
Pernah juga ada yang mengingatkan para wartawan (terutama wartawan infotainment) dengan cara yang sedikit ekstrim. Hasil Muktamar NU tahun lalu memutuskan infotainment dan pemberitaan sejenis dihukumi haram dengan berbagai pertimbangan, namun apa yang terjadi, seakan-akan seluruh Indonesia bersatu padu menentang keputusan tersebut padahal keputusan tersebut adalah keputusan yang berdasarkan penggalian kitab Fiqh dan pertimbangan kondisi yang ada. Walhasil Rais Am NU harus tabayyun (menjelaskan) bahwa infotainment yang diharamkan adalah yang berniat untuk menjelekkan kredibilatas seseorang, sedangkan infotainment yang berniat untuk memperingatkan dan memberi pelajaran tetap saja tidak haram. Siapa yang tahu niat seseorang? Yang jelas niat mereka adalah untuk mencari uang, betul nggak?
Dengan kondisi yang ada saat ini, mungkin anda juga setuju dengan keputusan Muktamar NU tersebut.
Sekali lagi saya berterima kasih dengan anda karena telah mengingatkan semua orang bahwa anda adalah juga manusia yang berhak mempunyai kesalahan, dan bila kesalahan itu disebarluaskan maka orang yang menyebar luaskan itu akan mendapat dosa yang sangat besar. Mengingatkan bahwa pemberitaan buruk itu bila ternyata salah berarti sebuah kebohongan, dan bila ternyata benar maka itu adalah Ghibah yang mempunyai konsekwensi dosa yang sangat besar. Dan tentu saja anda tidak perlu menyebutkan ada beberapa pengecualian yang membuat pemberitaan buruk itu diperbolehkan, biar mereka sepenuhnya takut memberitakan keburukan anda dan kita semua. Bila memang mereka masih punya rasa takut terhadap dosa.
Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa Asyghili adh Dholimin bi adh Dholimin, wa Akhrijna min Bainihim Salimin, wa 'ala Aalihi wa Shohbihi Ajma'in
Komentar
Trims sebelumnya...
http://salmande.blogspot.com/2011/10/mengkritisi-doa-shalawat-dzalimin.html
Download Lagu NDX AKA