Kenapa harus seperti itu?
Karena seperti ini menurutku kurang bagus, seperti ini bagiku sudah terlalu biasa, tidak ada yang menarik lagi. Sebaliknya yang seperti itulah yang bagus, punya charm tersendiri.
Kenapa seperti itu bagus?
Aku tidak tahu bagaimana mendefinisikannya, aku bahkan sudah hampir lupa apa itu bagus, apa itu indah, keindahan, atau hal-hal yang berbau itu. Yang aku pahami saat ini hanya yang aku inginkan, yang aku rasakan dapat memberikan rasa nikmat. Bulshit dengan keindahan, kalau aku bisa mendapatkan kenikmatan.
Siapa / apa kamu?
Entahlah.....,
Seingatku aku dulunya secarik kertas bersih, kemudian orang-orang menuliskan sesuatu dalam diriku, sementara orang lain ada yang menghapusnya dan menuliskan sesuatu yang baru lagi. Ada juga yang sekedar mewarnainya, tapi kemudian menumpahkan minyak untuk menghilangkan jejaknya. Jangan tanya warnaku apa? Aku pun tidak tahu sekarang aku berwarna apa besok berwarna apa atau kemarin berwarna apa. Banyak coretan-coretan dan pewarnaan yang baru, memudar, kemudian berganti lagi dengan warna baru, memudar sampai sekarang aku sudah tidak berwarna lagi.
Mengapa engkau masih ada?
Bagaimanapun juga aku masih ingin bertahan hidup, tidak peduli orang tidak menganggapku, tidak peduli orang hanya sekedar singgah mendudukiku, menginjakkan sepatunya di keningku kemudian pergi lagi tanpa menoleh sedikitpun kepadaku.
Kalau begitu engkau adalah korban orang lain?
Ya..... aku katakan sekali lagi, Yaaaaa.
aku adalah korban ketidak adilan, kekuasaan yang egois nan diktator. Bukan hanya itu, aku juga adalah korban revolusi, korban dari perubahan yang katanya tidak akan pernah berhenti. Kalau orang bilang tentang pengucilan, itu adalah aku. Kalau orang bilang tentang kemunafikan itu juga aku. Mereka berbicara tentang kesewenang-wenangan, mereka berbicara tentang bagian tak terpisahkan dari diriku.
Lalu, apa yang kau inginkan?
.............................................................................................................
Aku putuskan, aku tidak ingin apa-apa selain ketidak pastian, aku selalu memohon untuk menjadi korban berikutnya, mulutku selalu mengucap mantra, "biarkan duka itu menyelimutiku lagi...."
Komentar