Hai kalian semua yang ada di sana, apakah dari kalian ada yang pernah melihat wanita? Saya yakin tentu saja pernah, makhluk yang sering diasosiasikan dengan sifat lemah lembut dan sering juga disebut sebagai perwujudan keindahan Tuhan di dunia ini. Meski ada yang tidak setuju dengan statement saya tadi, saya tidak begitu memperdulikannya, saya yakin lebih banyak yang berpikiran sama seperti saya daripada yang apatis terhadap hasil pemikiran tersebut. Maklum kaum hawa di dunia saat ini jumlahnya lebih banyak dari kaum Adam, tentu lebih banyak wanita yang yang membela pernyataan yang kubuat.
Siapakah aku? Benar, aku adalah seorang wanita, bagian dari begitu banyak wanita yang ada dunia, yang mau tidak mau harus mereka akui sebagai bagian dari mereka sendiri. Mungkin kalau ada perkumpulan wanita diseluruh dunia, aku akan menjadi anggota yang proaktif mendukung organisasi tersebut.
Seperti wanita lain bahkan juga seperti semua manusia di dunia kecuali sang Adam dan Hawa, aku dilahirkan dari rahim seorang wanita yang lebih sering kupanggil Ibu. Seorang wanita yang begitu menyayangiku semenjak aku lahir sampai aku menjadi wanita yang cukup dewasa seperti ini. Meski seperti apapun aku menyakitinya, sebesar apapun kebandelanku, perasaan sayang beliau tidak pernah berubah kepadaku. Meski terkadang beliau memarahiku, aku yakin semua itu tidak akan mengurangi rasa sayangnya kepadaku, bahkan diam-diam aku mulai menyadari semua kemarahannya kepadaku adalah karena rasa sayangnya yang terlampau besar terhadapku.
Sungguh beruntung aku hidup di zaman seperti ini, masa di mana wanita hampir dianggap setara dengan lelaki. Salah satu keuntungan terbesar yang aku rasakan, aku dapat merasakan bangku pendidikan sama tingginya dengan sebagian besar laki-laki, bahkan beberapa tahun lagi mungkin aku dapat merasakan jenjang pendidikan istimewa yang jarang dirasakan oleh umumnya lelaki, jika memang aku punya keinginan kuat dan kemampuan untuk menempuhnya. Keuntungan lain yang kurasakan, aku dapat berinteraksi dengan banyak lelaki tanpa terkungkung aturan-aturan dogmatis yang sering diderita para wanita zaman dahulu, dengan begitu aku bisa banyak menjalin hubungan dengan orang-orang yang mungkin bisa menunjang kesuksesanku di masa depan.
Sepertinya dari tadi aku banyak menceritakan hal-hal positif, memang seperti itulah aku. Aku adalah wanita yang lebih banyak berpikiran positif daripada berpikiran negatif, paling tidak seperti itulah yang dikatakan teman-temanku kepadaku. Dan lagi aku adalah wanita yang menjalani hidup dengan semangat, untuk apa berlama-lama hidup kalau api semangat sudah padam, tidak ada gunanya lagi hidup dengan kelesuan dan kesedihan.
Aku sedikit bingung kenapa, sampai saat ini wanita tetap tidak bisa berdiri sejajar dengan pria, bahkan meski sudah banyak yang meneriakkan emansipasi wanita, kesetaraan gender dan lain sebagainya, dengan mulut berbusa-busa penuh semangat. Tapi sepertinya itu tidak mampu membuat perbedaan yang signifikan. Tetap saja ada gap yang cukup besar antara cewek dan cowok, bahkan kami para cewek pun banyak beranggapan, kita tidak bisa berdiri sejajar dengan cowok, masih banyak kelemahan yang belum bisa tertutup. Padahal pastinya sekarang ini aku sudah mengalahkan banyak cowok dalam hal apapun, akademik, fisik, bahkan percintaan. Bukankah ini bisa jadi bukti cewek juga bisa mendominasi cowok?
Apakah karena perbedaan fisik antara cewek dan cowok, atau ini semua berhubungan dengan hal Qodrati yang sudah ditetapkan jauh sebelum wanita pertama di ciptakan. Atau ini semua hanya intimidasi kaum cowok agar kita para cewek tidak dibiarkan berkembang diluar kontrol mereka. Atau malah ini permainan kaum religius, agar tampak seperti yang terdapat dalam kitab suci. Ah aku tidak mau tahu lebih banyak kalau begitu.
Ngomong-ngomong soal religi, aku memang bukan orang yang berdandan seperti cewek yang patuh terhadap ajaran agamaku, aku nggak mau terjebak dalam permainan verbal atau kebiasaan umum dan melupakan esensi dari ketaatan sebenarnya. Aku bahkan sering terkesan menabrak jalur-jalur religi dengan kebandelanku. Tapi itu sama sekali tidak berarti aku bukan orang yang taat beragama, aku taat dengan jalanku sendiri, aku tetap beribadah, bahkan mungkin lebih khusyuk dari mereka yang selalu berpakaian religius.
Aku sering tertawa sendiri melihat mereka yang begitu sibuk mengurusi agama begitu dangkal, sedangkal memahami agama dari kulit luar saja, tapi tidak tahu apa-apa tentang arti ketaatan itu sendiri. Meraka mungkin tidak tahu kalau syariat itu terdiri dari unsur Ubudiyyah, Muamalah, Munakahah, dan Jinayah, tidak tahu apa itu lima Maqhosid As-Syar'iyyah, bahkan tidak bisa membedakan mana Qur'an, Hadits, dan mana ucapan Ulama.
Membanggakan organisasi keislaman mereka adalah yang terbaik, karena selalu menjalankan formalisme keagamaan, menjalankan sunnah-sunnah Rasul dalam kehidupan sehari-hari, tapi Rukun dan Syarat Sholat pun tidak paham. Tidak tahu mana yang lebih penting antara mengangkat tangan pada waktu takbirotul Ihrom atau membaca Fatihah dengan jelas sehingga terdengar oleh telinga sendiri. Lebih penting sujud dalam waktu lama sehingga di Jidatnya tercetak hitam-hitam (kata mereka "bekas sujud") atau menempatkan tujuh anggota tubuh (termasuk kaki yang harus berjinjit) pada waktu tuma'ninah sujud.
Ah capek juga berbicara tentang mereka, satu lagi yang paling membuatku muak adalah sewaktu bersemangat mengatakan "pacaran adalah haram tidak ada dalam syariat", tapi dalam kenyataanya sewaktu berinteraksi dengan lawan jenis??? Aku jadi bingung sebenarnya apa definisi pacaran menurut mereka, apakah sekedar ....... ah sudahlah lebih baik berakhir sampai di sini dari pada semakin ngelantur.
Ah kembali ke masalah pribadi, mungkin aku memang bukan tipe cewek idaman para cowok, sehingga sampai saat ini aku masih bangga menyandang status jomblo. Eh tapi jangan salah, ternyata sampai saat ini sudah banyak cowok yang patah hati gara-gara aku. Aku tidak tahu apakah harus bangga atau harus sedih karenanya, terkadang aku mengenang masa-masa dimana aku bisa menunjukkan dominasiku pada pria, tapi juga terkadang nuraniku muncul menghukum masa laluku.
Setelah berbagai pergulatan di atas sebenarnya siapakah aku? Oh tentu saja anda tidak perlu tahu, hanya satu yang perlu diisnyafi. Aku adalah seorang wanita.
Maaf bila ada banyak kesalahan,
maklum yang nulis bukan wanita
cum sedikit meraba-raba
Siapakah aku? Benar, aku adalah seorang wanita, bagian dari begitu banyak wanita yang ada dunia, yang mau tidak mau harus mereka akui sebagai bagian dari mereka sendiri. Mungkin kalau ada perkumpulan wanita diseluruh dunia, aku akan menjadi anggota yang proaktif mendukung organisasi tersebut.
Seperti wanita lain bahkan juga seperti semua manusia di dunia kecuali sang Adam dan Hawa, aku dilahirkan dari rahim seorang wanita yang lebih sering kupanggil Ibu. Seorang wanita yang begitu menyayangiku semenjak aku lahir sampai aku menjadi wanita yang cukup dewasa seperti ini. Meski seperti apapun aku menyakitinya, sebesar apapun kebandelanku, perasaan sayang beliau tidak pernah berubah kepadaku. Meski terkadang beliau memarahiku, aku yakin semua itu tidak akan mengurangi rasa sayangnya kepadaku, bahkan diam-diam aku mulai menyadari semua kemarahannya kepadaku adalah karena rasa sayangnya yang terlampau besar terhadapku.
Sungguh beruntung aku hidup di zaman seperti ini, masa di mana wanita hampir dianggap setara dengan lelaki. Salah satu keuntungan terbesar yang aku rasakan, aku dapat merasakan bangku pendidikan sama tingginya dengan sebagian besar laki-laki, bahkan beberapa tahun lagi mungkin aku dapat merasakan jenjang pendidikan istimewa yang jarang dirasakan oleh umumnya lelaki, jika memang aku punya keinginan kuat dan kemampuan untuk menempuhnya. Keuntungan lain yang kurasakan, aku dapat berinteraksi dengan banyak lelaki tanpa terkungkung aturan-aturan dogmatis yang sering diderita para wanita zaman dahulu, dengan begitu aku bisa banyak menjalin hubungan dengan orang-orang yang mungkin bisa menunjang kesuksesanku di masa depan.
Sepertinya dari tadi aku banyak menceritakan hal-hal positif, memang seperti itulah aku. Aku adalah wanita yang lebih banyak berpikiran positif daripada berpikiran negatif, paling tidak seperti itulah yang dikatakan teman-temanku kepadaku. Dan lagi aku adalah wanita yang menjalani hidup dengan semangat, untuk apa berlama-lama hidup kalau api semangat sudah padam, tidak ada gunanya lagi hidup dengan kelesuan dan kesedihan.
Aku sedikit bingung kenapa, sampai saat ini wanita tetap tidak bisa berdiri sejajar dengan pria, bahkan meski sudah banyak yang meneriakkan emansipasi wanita, kesetaraan gender dan lain sebagainya, dengan mulut berbusa-busa penuh semangat. Tapi sepertinya itu tidak mampu membuat perbedaan yang signifikan. Tetap saja ada gap yang cukup besar antara cewek dan cowok, bahkan kami para cewek pun banyak beranggapan, kita tidak bisa berdiri sejajar dengan cowok, masih banyak kelemahan yang belum bisa tertutup. Padahal pastinya sekarang ini aku sudah mengalahkan banyak cowok dalam hal apapun, akademik, fisik, bahkan percintaan. Bukankah ini bisa jadi bukti cewek juga bisa mendominasi cowok?
Apakah karena perbedaan fisik antara cewek dan cowok, atau ini semua berhubungan dengan hal Qodrati yang sudah ditetapkan jauh sebelum wanita pertama di ciptakan. Atau ini semua hanya intimidasi kaum cowok agar kita para cewek tidak dibiarkan berkembang diluar kontrol mereka. Atau malah ini permainan kaum religius, agar tampak seperti yang terdapat dalam kitab suci. Ah aku tidak mau tahu lebih banyak kalau begitu.
Ngomong-ngomong soal religi, aku memang bukan orang yang berdandan seperti cewek yang patuh terhadap ajaran agamaku, aku nggak mau terjebak dalam permainan verbal atau kebiasaan umum dan melupakan esensi dari ketaatan sebenarnya. Aku bahkan sering terkesan menabrak jalur-jalur religi dengan kebandelanku. Tapi itu sama sekali tidak berarti aku bukan orang yang taat beragama, aku taat dengan jalanku sendiri, aku tetap beribadah, bahkan mungkin lebih khusyuk dari mereka yang selalu berpakaian religius.
Aku sering tertawa sendiri melihat mereka yang begitu sibuk mengurusi agama begitu dangkal, sedangkal memahami agama dari kulit luar saja, tapi tidak tahu apa-apa tentang arti ketaatan itu sendiri. Meraka mungkin tidak tahu kalau syariat itu terdiri dari unsur Ubudiyyah, Muamalah, Munakahah, dan Jinayah, tidak tahu apa itu lima Maqhosid As-Syar'iyyah, bahkan tidak bisa membedakan mana Qur'an, Hadits, dan mana ucapan Ulama.
Membanggakan organisasi keislaman mereka adalah yang terbaik, karena selalu menjalankan formalisme keagamaan, menjalankan sunnah-sunnah Rasul dalam kehidupan sehari-hari, tapi Rukun dan Syarat Sholat pun tidak paham. Tidak tahu mana yang lebih penting antara mengangkat tangan pada waktu takbirotul Ihrom atau membaca Fatihah dengan jelas sehingga terdengar oleh telinga sendiri. Lebih penting sujud dalam waktu lama sehingga di Jidatnya tercetak hitam-hitam (kata mereka "bekas sujud") atau menempatkan tujuh anggota tubuh (termasuk kaki yang harus berjinjit) pada waktu tuma'ninah sujud.
Ah capek juga berbicara tentang mereka, satu lagi yang paling membuatku muak adalah sewaktu bersemangat mengatakan "pacaran adalah haram tidak ada dalam syariat", tapi dalam kenyataanya sewaktu berinteraksi dengan lawan jenis??? Aku jadi bingung sebenarnya apa definisi pacaran menurut mereka, apakah sekedar ....... ah sudahlah lebih baik berakhir sampai di sini dari pada semakin ngelantur.
Ah kembali ke masalah pribadi, mungkin aku memang bukan tipe cewek idaman para cowok, sehingga sampai saat ini aku masih bangga menyandang status jomblo. Eh tapi jangan salah, ternyata sampai saat ini sudah banyak cowok yang patah hati gara-gara aku. Aku tidak tahu apakah harus bangga atau harus sedih karenanya, terkadang aku mengenang masa-masa dimana aku bisa menunjukkan dominasiku pada pria, tapi juga terkadang nuraniku muncul menghukum masa laluku.
Setelah berbagai pergulatan di atas sebenarnya siapakah aku? Oh tentu saja anda tidak perlu tahu, hanya satu yang perlu diisnyafi. Aku adalah seorang wanita.
Maaf bila ada banyak kesalahan,
maklum yang nulis bukan wanita
cum sedikit meraba-raba
Komentar